Google
 

Senin, 07 Januari 2008

Jalan-jalan di Batam

Hehehe, jangan rancu dulu sama judul di atas, yang saya maksud dengan kata "jalan-jalan" adalah mengacu pada arti jalan sesungguhnya, jadi boleh diartikan secara keseluruhan adalah semua jalan yang ada di Batam.
Akhir-akhir ini saya lihat ada yang berubah pada ruas-ruas jalan di sebagian besar lokasi di Batam, yaitu penambahan papan nama ruas jalan pada setiap kira-kira 1 atau 2 kilometer. Papan nama ini berwarna hijau dengan tulisan berwarna kuning, bertuliskan nama jalan dalam huruf latin dan arab melayu, mirip seperti di tempat asal saya, Solo, yang papan namanya bertuliskan huruf latin dan jawa.
Namun sebetulnya posting ini bukan saya tujukan untuk membahas soal papan nama jalan tadi.. :), tapi yang sebenarnya adalah lebih kepada kondisi jalan itu sendiri.
Sebagai contoh nih adalah Jalan S. Parman yang membentang dari pertigaan Panbil Mall menuju ke Tanjung Piayu. Kalau boleh saya bilang nih, kondisinya sangat memprihatinkan mengingat itu adalah jalan utama dan satu-satunya bagi warga Tanjung Piayu dan sekitarnya menuju ke pusat-pusat industri maupun ekonomi. Kalau teman-teman saya yang tinggal di sana nih, kalo pergi ke Tanjung Piayu tuh ada 4 titik rawan yang mesti dilewati dengan ekstra hati-hati buat para pengguna jalan. yang pertama adalah diantara Pintu empat dan Pintu Lima kawasan industri Mukakuning terdapat 2 titik 'rawan' untuk 2 titik rawan ini, saya telah melihatnya sejakk 2 tahun yang lalu, ada sedikit harapan saat terlihat proyek penggalian parit di sisi timur jalan, namun rupanya itu tidak mampu menyelesaikan masalah, terbukti di saat hujan air tetap saja mengalir di badan jalan dan membuat aspal yang terlepas semakin meluas. Setiap saat melintasi 2 titik tersebut, saya selalu menggerutu, betapa tidak di saat hari panas, debunya amatlah banyak hingga menyesakkan dada, sedangkan disaat hari hujan beceknya gak ketulungan, hingga pernah saya baca pada kolom suara pembaca di surat kabar kota Batam, salah seorang pembaca mengajak semua pembaca untuk melihara ikan lele di ruas jalan itu, lol. Ada juga yang ngusulin ditanami pohon pisang saja. Tetapi anehnya hampir tidak pernah ada perhatian dari pemerintah setempat, paling tidak tingkat kecamatan, untuk memperbaikinya. Bukankah Pak Camat Tanjung Piayu selalu melewati ruas jalan itu untuk pergi berkantor setiap harinya?
Hal yang sama juga terjadi di ruas-ruas jalan di Batuaji, Tanjunguncang, dan bahkan di Batuampar. Sampai-sampai bos saya yang orang Jepang pernah tanya sama saya, apakah kami orang indonesia tidak bayar pajak, kenapa kok jalannya banyak sekali lubang? sanya hanya tertawa. juga seorang teman dari UK bilang ini jalan raya atau jalan untuk offroad? saya tidak pernah habis pikir kemanakah pajak-pajak yang kami bayar? kemanakah pajak-pajak yang Investor bayar? yang saya yakin jumlahnya mencapai ratusan juta bahkan mungkin miliaran rupiah per bulannya? padahal bukan cuma tidak enak dari segi pemandangan, tetapi juga sangat berbahaya bagi pengendara pengguna jalan, sudah berapa nyawa hilang akibat lubang-lubang 'liar' di jalan-jalan itu? belum lagi yang terluka. Tetapi apa yang saya lihat? Terkadang waktu, beberapa warga sekitar lubang-lubang tersebut berinisiatif mengurug jalan dengan tanah maupun batu-batu kecil dengan mengharap imbalan dari mobil-mobil yang lewat. Sebuah ironi yang memalukan.
Batam kaya raya tapi siapa yang kaya? bukankah kami juga memiliki Batam? Lalu kenapa kami tidak pernah menikmati kekayaannya?
huh...

Tidak ada komentar: